Pages

Senin, 26 Januari 2015

Cerita 4

 ORMABA 1
                Udara pagi yang segar  menjadikan badanku semakin bugar, menjernihkan fikiranku yang penuh dengan problematika yang sudah menumpuk, menumbhkan gairah serta semanagat pada diriku untuk melaksanakan aktiftasku di hari ini. Diawali dengan senyum dan kecerian pada wajahku. Hari ini Aku akan bernostalgia atau flas back untuk mengingat masa lalaku dalam menikuti OSPEK di kampus pertamaku yang  dulu.
                Karna hari ini Aku juga akan di OSPEK lagi, mungkin OSPEK disini  akan jauh lebih indah menyenangkan, dan bisa jadi malah sanagat berbeda dengan OSPEK yang telah kualami dulu, dari nama saja sudah berbeda, disini namanya ORMABA {orentasi mahasiswa baru}, dari jadwal dan kegiatan yang aku lihat juga berbeda, dan yang paling penting Aku akan di OSPEK di negri orang.
                Kalau dulu Aku di OSPEK disuruh ini-itu oleh seniorku, samapi-samapi Aku di suruh memakai papan nama yang terbuat dari kardus yang besar, kemudian makai baju pitih yang dihiasi dengan dasi hitam dan peci hitam di kepalaku. Dan bahkan masih banayak lagi, dan yang masih segar dalam ingatanku, aku dan kawan-kawanku disuruh lari untuk mencari sesuatu, dan pastinya aku harus jadi nomor satu, jadi yang terdepan dari 457 mahasiswa, dan yang sanagat menjengkelkanya lagi Aku dan kelompokku disuruh menjadi petugas upacara dengan gaya banci, mau gak mau mau kita harus patuh dan taat kepada senior kita.
                Tapi, pagi ini Aku yakin bahwa OSPEK atau ORMABA disini akan jauh lebih indah dan menyenangkan pastinya, karna sudah terlihat dari kegiatan dan jadwalnya, yang terdiri dari jalan-jalan, ziarah ke makam cicitnya rasul, dan terakhir di akhiri degan makan bareng di Hadiqoh Al-Azhar {taman Al-Azhar}. Disini kita dibagi menjadi 20 kelompok, aku sendiri ada di kelompok 17 yang berjumlah 15 orang, dan nama kelompoknya adalah Prima Jasa.




            Akhirnya tiba juga di mahattah/terminal Darrosah, kulihati disekelilingku dan ternyata Bus 80 coret  yang ingin kutunggangi belum datang, kunikmati suasana terminal yang ada, kulihati banyak sekali para penumpang baik dari ibu-ibu, pabak-bapak, dan yang paling banyak adalah kalangan mahasiswa, baik yang dari Indonesia, Malaysia, Sudan, Mesir dan lain-lain. Memang Bus 80 ceret adalah Bus yang paling dinanti-nanti dan ditunggu-tunggu, karna Bus ini Bus satu-satunya yang berjalan mengarah ketujuan-tujuan tempat mahasiswa, seperti ke Hay sadis yaitu Pusat kampus, Sabi’ yaitu tempat kuliah Banat, Hay asir yaitu tempat para mukimin mahasiswa Indonesia dan mahasiswa Asia. Aku sendiri bertujuan pergi ke Hay asir, karna Aku dan kelompokku ketemuan disana.
                Tiiiiiin-tiiiiiin, ternyata 80 ceret yang kutunggu tiba juga, Akupun bergegas berlari untuk berjuang mencari tempat duduk, karna kalau akau lambat sedikit maka Aku akan didahului oleh mahasiswa yang lain atau oleh penumpang yang lain, “maklumlah bus langka” bisiku dalam hati, Bus 80 coret yang umurnya sudah ratusan tahun, sebeb sudah terasa dan terlihat, ketika pertama kali Aku menaikinya, bodinya yang sudah agak memucat, besinya yang mulia terlihat sedikit kecoklatan, dan jok kursinya yang berbunyi bila diduduki seperti bunyi ayunan. Tapi jangan salah 80 coret ini larinya sanagat kencang tidak kalah seperti kuda liar.

Selasa, 06 Januari 2015

Cerita 3

RSI {Rumah Suami Idaman}



             Satu minggu sudah Aku menjalani hidupku di Negri Para Nabi ini, dari yang  tadainya buta, alias belum tau jalan mau kesana-kesini, kali ini Aku dan Teman-temanku sudah mulai tahu, walau terkadang masih agak lupa dimana jalan mau pulang dan dimana jalan mau ke Kampus. Dari yang tadiya bisa dan tuli, yang terdiam dan mematung karna bingung melihat orang-orang di Negri Kinanah menggunakan bahsa yang asing di telingaku, karna meraka menggunakann Bahasa Arab yang bukan fushah, melainkan menggunakan bahasa Arab A’miyah, yaitu Bahasa Arab pasaran, kini Aku dan teman-temanku sudah bisa mengucap, walau hanya sepatah dan dua patah saja, seperti mengucapkan kata Masyi yang artinya OKE.



                   Wanita mana yang tidak ingin memiliki Suami-suaimi idaman, yang tangguh serta multi talenta, yang dapat bertanggungjawab, dewasa, dan tentunya pintar. Dan sebaliknya Laki-laki mana yang tidak mau  menjadi Suami-suami idaman, suami yang dapat memberikan kebahagian dan kesemangatan kepada Istri-istrinya. Oleh karena itu, Aku dan Teman-teman rumahku menetapkan nama rumah kita menjadi RSI, yaitu rumah suaimi idaman, nama yang diberikan oleh Ust. Ardi, senior kita.
                Mungkin Ust. Ardi menetapkan nama itu kepada kita, agar kita bisa menjadi Laki-laki yang handal dan dapat dihandalkan, serta menjadi Laki-laki  yang tangguh lagi dewasa, karna nama adalah Do’a, dan Aku yakin beliau tidak akan salah dalam memberikan nama ini kepada kita.
                Rumah suaimi idaman atau RSI, ditinggali oleh 6 orang yang masih belum terlihat akan kemampuanya dan ketangguhanya untuk menjadi Suaimi-suami idaman, tapi Aku yakin empat tahun atau bahkan tujuh tahun yang akan datang, Kita pasti bisa menjadi benar-benar Suaimi iadaman.

                

# Bersambung

Senin, 05 Januari 2015

Cerita 2



Subuh Pertama



الله أكبر الله أكبر ـ الله أكبر الله ..........الصلاة خير من النّوم............


              

Suara Azan subuh yang dikumandangkan, membangunkanku dari istirahat  yang begitu melelahkan karna capek dan letihku diprejalan kemarin, suara yang aduhai merduanya yang terlantunkan oleh para Muadzin-muadzin Misro, membangkitkan semangatku kembali, walau badan ini letih dan lelah rasanya, tapi Aku tidak akan kalah semangatnya dengan para suara merdu tadi, Akupun bergegas pergi dari kediamanku utuk mencari masjid terdekat dari tempat tinggalku guna melaksnkan Sholat subuh berjama’ah.
                Tak terasa mataharipun mulai bersunar dari ufuknya, rasa hangat dari sinarnyapun mulai kunikmati, rasa senang yang amatpun mulai meyelimutiku, sebab Aku dapat menghirup udara nan segar untuk pertama kalinya di Kairo, Negri para nabi, tepatya di   الدرب الأحمربالقاهرة  . Walau hanya menghirup dan merasakan hanya lewat teras belakang kamarku, yang berada di lantai 5 kamar 03, tapi Aku sangat bahagia.
                Aku tinggal bersama 4 orang temanku yang kemarin teleh tiba bersama di Negri kinanah ini, dan bersama 1 orang seniorku, merekalah para pejuang yang sama seperti, berjuang untuk meraih cita-cita kami serta mewujudkan mimpi-mimpi kami, di Negri para Nabi ini dan di Bumi Kinanah ini, senior kami bukan sekerda kaka kls ataupun petinggi di rumah Kami, melainkan lebih dari itu. Beliaulah yang kan mendidik kami serta membimbing kamiagar Kami bisa menjadi mahasiswa-mahasiswa yang handal dan dapat dihandalkan, serta bisa menjadi mahasiswa yang dewasa dan tangguh
                “ Tak kenal maka tak sayang. “ Begitulah kata pepatah, perkenalanpun akhrinya dimulai, diawali dari senior Kami yang memperkenalkan dirinya,  menggunakan Bahasa Arab A’miyah denagan sangat lancar dan faseh, namanya adalah Ust. Ardi, dilanjutkan dengan temenku yang bernama Ozi dari Kendari,  kemudian Adi dari Jakarta, disusul dengan Afif dari Sulawesi, dan disusul lagi oleh ihul dari Jombang, yang diakhiri degan Aku sendiri Muhammad Malikul Harbi, yang biasa di panggil denagan Malik dari Lampung. Kitapun saling berbagi cerita satu sama lainya samapai larut dalam suka dan canda.



# Bersambung